Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lahir pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Ada peristiwa yang melatarbelakangi mengapa tahun kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebut tahun Gajah.
Ibnu Hisyam dalam Sirah Nabawiyah-nya mengatakan, 12 Rabiul Awal saat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lahir itu bertepatan dengan hari Senin. Adapun, tahun Gajah bertepatan dengan 570 atau 571 M, menurut para sejarawan.
Kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam disebut tahun Gajah karena bertepatan dengan tahun penyerangan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah bin Shabah, seorang Gubernur Jenderal Najasyi Habasyah di Yaman, sebagaimana diceritakan dalam Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.
Dalam Sirah Nabawiyah tersebut diceritakan, pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah tersebut hendak menghancurkan Ka’bah. Serangan ini dilatarbelakangi kemurkaan Abrahah karena mendapati kabilah Kinanah melumuri gereja yang ia bangun di Sana’a dengan kotoran.
Rencananya, Abrahah akan memindahkan pusat ibadah haji orang Arab yang ada di Ka’bah ke gereja yang ia bangun itu. Hal ini membuat kabilah Kinanah tidak terima dan lantas melumuri gereja Abrahah dengan kotoran.
Abrahah kemudian murka begitu mengetahui hal tersebut. Dia mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menghancurkan Ka’bah. Dalam pasukan itu, terdapat sembilan atau 13 ekor gajah dan Abrahah sendiri memilih gajah paling besar sebagai kendaraannya.
Ada peristiwa aneh yang terjadi tatkala pasukan Abrahah tiba di Wadi Mahsar, daerah antara Muzdalifah dan Mina. Tiba-tiba, gajahnya berlutut dan enggan memasuki Makkah. Namun, begitu Abrahah mengarahkan gajahnya ke selatan, utara, dan timur, hewan itu seketika bangkit dan berjalan. Begitu diarahkan menuju Ka’bah, gajah itu kembali berlutut.
Pada saat itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengirimkan utusan-Nya untuk membinasakan pasukan bergajah yang dipimpin Abrahah. Datanglah burung ababil berbondong-bondong dengan membawa tiga butir batu dari neraka. Satu batu diletakkan di paruhnya dan dua lainnya dicengkeram dengan kakinya.
Batu tersebut lalu dijatuhkan pada pasukan Abrahah. Siapa pun yang terkena batu itu tidak akan selamat. Pasukan lantas berhamburan untuk menyelamatkan diri, namun pada akhirnya tewas. Termasuk Abrahah, dikatakan jari jemarinya sampai terlepas karena terkena batu tersebut. Tubuhnya hancur dan tewas setibanya di Sana’a.
Peristiwa ini diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Fil. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِاَصْحٰبِ الْفِيْلِۗ ١ اَلَمْ يَجْعَلْ كَيْدَهُمْ فِيْ تَضْلِيْلٍۙ ٢ وَّاَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا اَبَابِيْلَۙ ٣ تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ مِّنْ سِجِّيْلٍۙ ٤ فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُوْلٍ ࣖ ٥
Artinya: “Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).”
Peristiwa serangan pasukan bergajah ini terjadi 50 hari–ada yang mengatakan 55 hari–menjelang kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Menurut sejarawan al-Masdudi dalam Muruj adz-Dzahab wa Maadin al-Jauhar sebagaimana dinukil Ali Husni al-Kharbuthli dalam Tarikh Ka’bah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lahir 50 hari setelah datangnya pasukan gajah. Pasukan ini datang ke Makkah pada hari Senin, 13 hari terakhir bulan Muharram, 882 tahun setelah masa Dzul Qarnain.