- Bersiwak adalah fitrah
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, bersiwak adalah fitrah.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang makna fitrah. Al-Mawardi berkata yang dimaksud dengan fitrah adalah sepuluh perkara agama. Sebagian ulama juga memahami bahwa fitrah adalah akhlak dan perilaku mulia yang akan mendatangkan pahala bagi orang yang mengerjakannya.
Adapun sepuluh perkara tersebut adalah: “Dari Aisyah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ada sepuluh perkara yang termasuk bagian dari pada fitrah, yaitu memotong kumis, memanjangkan jenggot, memakai siwak, menghirup air ke hidung, memotong kuku, membasuh sela-sela dan persendian jari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, dan istinja’ dengan air.
- Bersiwak adalah sunnah para Nabi
Dalam sebuah hadis yang dihukumi dhaif oleh al-Bani, namun at-Tirmidzi menganggapnya hasan gharib disebutkan, terdapat empat perkara yang menjadi tradisi para nabi di antaranya adalah bersiwak.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ada empat perkara yang menjadi sunnah-sunnah para rasul yaitu khitan, memakai minyak wangi, bersiwak, dan menikah.”
Bersiwak yang sangat besar keutamaannya ini adalah sebagai kebiasaan para rasul. Oleh sebab itu, sangatlah beruntung orang yang selalu bersiwak di samping sebagai sunnah (tradisi) para nabi, bersiwak juga sebagai sumber pahala. Orang yang malas dan lalai dalam menggunakan siwak, maka mereka sangatlah merugi karena mereka telah luput dari pahala besar dan dari sunnah para Nabi.
- Mengikuti Sunnah
Bersiwak juga memiliki banyak faedah dan baik dari sisi duniawi ataupun ukhrawi, dan yang lebih penting dari itu semua adalah, bahwa bersiwak menunjukkan tanda seseorang yang setia dalam mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
“Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda: Seandainya tidak memberatkan atas kaum mukmin, maka pasti akan kuperintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap hendak sholat.”
Bahkan dalam hadis yang lain diterangkan, sebelum Nabi Muhammad wafat, beliau masih menyempatkan diri untuk bersiwak. Sama halnya ketika hendak turunnya wahyu. Ketika wahyu hendak dibacakan kepada Nabi Muhammad, Jibril kerapkali menyuruhnya untuk bersiwak hingga Nabi Muhammad merasa akan turun wahyu berupa ayat Al-Qur’an mengenai siwak.
- Bersiwak termasuk bersuci.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Thaharah itu ada empat jenis: memotong kumis, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku dan siwak.”
Sebagaimana kita pahami, thaharah merupakan cara seseorang dalam bersuci baik bersuci dari hadas ataupun najis.
- Pahala besar bagi orang yang bersiwak
Dalam beberapa hadis disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Dari sayyidah Aisyah, menyampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, keutamaan sholat dengan menggunakan siwak dan dengan tanpa menggunakan siwak itu tujuh 70 kali lipat.”
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan, dari Ibn Umar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, “Sholat yang dikerjakan dengan bersiwak lebih utama 75 daripada sholat tanpa bersiwak.” (HR. Abu Nu’im).
Dalam riwayat Ibn Hibban disebutkan 70 kali lipat lebih utama dari pada sholat tanpa bersiwak.
Jadi, dapat diyakini bahwa bersiwak akan melipat gandakan pahala sholat dari pada shalat yang dikerjakan tanpa bersiwak. Bahkan dalam sebuah riwayat lainnya, dari Ibn Syaibah, Rasulullah bersabda yang artinya: Apabila seseorang berwudhu baik siang maupun malam dengan wudhu yang sempurna, kemudian bersiwak, lalu mengerjakan sholat, maka para malaikat akan mengerumuninya, mulut-mulut malaikat akan di dekatkan pada mulut-mulut orang tersebut.