Madinah adalah kota suci kedua yang selalu dikunjungi oleh umat Muslim dari seluruh dunia, terutama saat menjalankan ibadah haji dan umrah. Secara historis, Madinah memiliki peran penting dalam perkembangan penyebaran Islam di dunia. Kota ini dianggap sebagai pusat kekuatan Islam pada masa awal berkembangnya komunitas Muslim di sana. Selain itu, Madinah juga menjadi tempat berdirinya tiga masjid tertua, yaitu Masjid Quba, Masjid Nabawi, dan Masjid Qiblatain.
Secara umum kata Madinah dalam bahasa Arab berarti ‘kota’. Sebagai contoh, Madinah Qairowan artinya ‘kota Kairouan’, Madinah Baghdad, artinya ‘kota Baghdad’, Madinah Tilmisan artinya ‘kota Tlemcen’ dan lain sebagainya. Namun jika kata Madinah diberi al ta’rif (Al-Madinah) maka kota yang dimaksud mengacu pada satu kota saja, yakni kota Madinah yang terletak di Arab Saudi.
Kota Madinah memiliki banyak nama, hal ini menunjukan bahwa kota tersebut begitu istimewa dan mulia. Berdasarkan beberapa riwayat dalam Tarikh Madinah Munawwarah karya Ibnu Syabbah, nama lain dari Madinah di antaranya, Thabah, Thaybah, Thayyibah, Ad-Dar, Maskinah, Jabirah, Mahburah, Yandad, ‘Adzra, Mahbbah dan Mahbubah. Namun menurut keterangan lain, pendapat paling kuat mengatakan bahwa nama yang sesuai dan otentik disematkan kepada Madinah hanya empat saja yaitu Madinah, Dar atau Darul Hijrah, Thabah dan Thaybah.
Baca Juga
Jika kita menilik sejarahnya, sebelum kedatangan Rasulullah, kota Madinah sebenarnya bernama Yastrib. Nabi Muhammad bersabda, ”Aku bermimpi dalam tidurku bahwa aku berhijrah dari Makkah ke suatu negri yang banyak pohon kurmanya. Aku menduga bahwa negri itu adalah Yamamah atau Hajar, tetapi teryata itu adalah kota Madinah Yastrib”. (HR. Muslim).
Kata Yatsrib ini juga disebutkan di dalam Al-Qur’an, salah satunya di surah Al-Ahzab ayat 13. Ayat tersebut berbunyi:
“Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka berkata: ‘Hai penduduk Yatsrib (Madinah), tidak ada tempat bagimu, maka kembalilah kamu’. Dan sebahagian dari mereka minta izin kepada Nabi (untuk kembali pulang) dengan berkata: ‘Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga)’. Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari.” (QS. Al-Ahzab: 13).
Sebelum Yatsrib dikuasai oleh masyarakat Arab Islam, penduduk di sana terdiri dari dua suku yang dominan, yaitu Arab dan Yahudi. Kedua bangsa ini datang ke Yatsrib ketika Kaum Amalik sudah punah. Suku-suku Yahudi ternama yang ada di sana ialah Bani Quraizah, Bani Nadir, dan Bani Qunaiqa.
Mereka membangun pemukiman, pusat-pusat kegiatan ekonomi, dan benteng pertahanan untuk melindungi diri dari serangan suku Nomad di sekitar Yatsrib. Atas usaha keras mereka, Yatsrib berubah menjadi kota penting. Sementara itu, penduduk Arab yang berasal dari wilayah selatan berpindah ke Yatsrib setelah Bendungan Maarib milik mereka jebol.
Jawad Ali dalam Al Mufasshal Fi Tarikh al-Arab mengutip pendapat para sejarawan, penamaan Yastrib disandarkan kepada seorang keturunan Nabi Nuh, Yastrib bin Qaniyah bin Mahlail bin Arm. Dia disinyalir sebagai orang pertama yang menetap di kota tersebut.
Baca Juga
Setelah Nabi hijrah, Yastrib berganti nama menjadi Madinah. Dalam Syarh Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan bahwa Allah lah yang menamai Yastrib dengan Madinah, dan Rasulullah menamainya dengan Thabah dan Thaybah.
Ada sejumlah pendapat soal alasan penggantian nama ini. Adapun dalil yang digunakan di antaranya sabda Rasulullah, “Aku diperintahkan untuk hijrah ke suatu tempat yang daya tariknya lebih dominan dari pada tempat – tempat lain. Orang – orang menyebutnya Yastrib yakni Madinah, kota ini membersihkan manusia (yang jahat) sebagaimana alat tempa besi yang membersihkan karat”. (HR. Bukhari).
Imam Qurtubhi dalam bukunya al–Mufham, memaparkan maksud “Dominan dari pada tempat lain” yaitu Madinah sebagai poros yang akan membebaskan kota – kota lainnya. Sementara redaksi “Orang – orang menyebutnya Yastrib yaitu Madinah”, menunjukkan seolah – olah Rasul tidak menyukai nama Yastrib. Oleh sebab itu, beliau menggantinya dengan nama yang lebih baik, sebagaimana kebiasaan beliau saat menemui nama – nama yang buruk.
Hal ini dikarenakan nama Yastrib diambil dari kata ats-tsarbu yang berarti kerusakan dan tasrib yang berarti menghukum seseorang kerena telah berbuat dosa. Nama – nama ini tidak baik, sehingga Rasullullah menggantinya.
Dari sini ulama menyimpulkan untuk tidak menyebut Madinah dengan sebutan Yastrib. Sebagaimana Isa bin Dinar menuturkan, ”Barang siapa yang menyebutnya (Madinah) dengan sebutan Yastrib maka dia telah melakukan kesalahan”.
Di samping itu, nama Madinah juga disandingkan dengan kata – kata mulia seperti Madinah Munawwarah dan Madinah Rasul. Disebut Madinah Munawwarah (kota yang bercahaya atau terang benderang) sebab Madinah menjadi titik terang benderangnya dakwah Islam ke segala penjuru negeri. Disebut Madinah Rasul, sebab di sini lah Rasulullah tinggal dan mulai mengembangkan peradaban manusia yang maju dan berakhlakul karimah.