Sejarah Masjid Quba

by | Sep 25, 2024 | Info

Masjid Quba adalah salah satu tujuan utama bagi jemaah umrah dan haji, karena nilai sejarah serta ibadah yang melekat padanya. Terletak sekitar empat kilometer dari Masjid Nabawi di Madinah, Masjid Quba dikenal sebagai masjid pertama yang dibangun oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Masjid ini dibangun pada 8 Rabiul Awwal 622 M, atau tahun pertama hijriah, tepatnya pada 23 September 622 masehi, di atas tanah seluas 1.200 meter persegi milik keluarga Kalsum bin Hadam dari Kabilah Amru bin Auf. Desain masjid dirancang langsung oleh Rasulullah, dan beliau sendiri meletakkan batu pertama di mihrab yang menghadap Baitul Maqdis di Palestina. Setelah itu, Abu Bakar Ashshiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan turut meletakkan batu berikutnya.

Menurut beberapa catatan, nama Masjid Quba berasal dari sebuah sumur, yang kemudian menjadi nama perkampungan tempat tinggal Bani Amru bin Auf. Nama masjid ini diambil karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati daerah tersebut dalam perjalanannya menuju Madinah.

Baca Juga
Keistimewaan Terkait Hajar Aswad

Masjid yang dibangun oleh Rasulullah bersama para sahabat pada tahun pertama hijriah ini terletak di barat daya kota Madinah. Di dalamnya terdapat sumur Malik Abu Ayyub al-Anshari, yang dikenal dengan Sumur Mubarok an-Naqah, tempat pemberhentian unta Rasulullah saat memasuki kota Madinah. Selain itu, saat membangun masjid ini, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dibantu oleh Malaikat Jibril yang memberikan petunjuk arah kiblat. Di masjid ini juga pertama kali dilaksanakan sholat berjamaah secara terbuka.

Masjid pertama yang dibangun Rasulullah ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 108 yang disebut dengan nama Masjid Takwa,

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا۟ ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُطَّهِّرِينَ

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Semasa hidupnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu pergi ke Masjid Quba setiap hari Sabtu, Senin, dan Kamis. Setelah beliau wafat, para sahabat selalu menziarahi masjid ini dan melaksanakan sholat di dalamnya. Oleh karena itu, setiap umat muslim yang menunaikan ibadah haji atau umrah sangat dianjurkan untuk mengunjungi masjid yang menjadi saksi perjuangan Rasulullah ini.

Perkembangan Masjid

Masjid Quba mengalami renovasi pada zaman Utsman bin Affan dengan membangun menara masjid untuk mengumandangkan adzan. Berikutnya direnovasi pada masa Sultan Abdul Majid II Daulah Utsmaniyah pada tahun 1245 hijriyah.

Berikutnya, masa pemerintahan Kerajaan Arab Saudi Kementerian Haji dan wakaf melakukan perluasan Masjid Quba sehingga bisa menampung kapasitas 20.000 jamaah. Bentuk bangunan seperti masjid pada umumnya, hanya saja bagian tengahnya terdapat ruangan lapang yang di atasnya terdapat atap yang bisa dibuka tutup. Yang istimewa, masjid ini 4 menara untuk menyebar kumandangkan adzan dan 56 kubah.

Komplek Masjid Quba juga dilengkapi dengan pemukiman para imam dan muadzin, perpustakaan, dan tempat tinggal para penjaga masjid. Sampai saat ini masjid masih diziarahi ribuan umat Islam dari penjuru dunia baik yang sedang menjalankan ibadah haji maupun umrah.

Dari kejauhan masjid ini akan terlihat 4 menara putih tinggi menjulang. Begitu dekat, maka tampak jejeran pohon kurma mengelilingi masjid. Masjid ini memang berbeda dengan kebanyakan masjid di Madinah. Kalau Masjid Nabawi dan masjid lain yang ada di Madinah hampir tak memiliki taman depan, namun tak begitu dengan Masjid Quba. Masjid yang berdiri di atas tanah seluas 5.035 meter persegi ini memiliki taman depan dan belakang dengan deretan pohon kurma yang rindang. Dan di halaman depan masjid terdapat taman air mancur.

Sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmizi dan Ibnu Majah mengatakan bahwa Rasulullah menyatakan: Bila mengunjungi Masjid Quba untuk shalat, maka pahalanya sama dengan melakukan umrah. Riwayat tersebut hingga kini masih tertempel di dinding luar Masjid Quba. Jadi, begitu tiba di masjid ini, maka segeralah berwudhu dan tunaikan shalat sunah di dalam masjid pertama ini karena siapa yang bersuci dari rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia shalat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah.

Quba memang selalu menjadi tujuan ziarah para jamaah haji maupun umrah, tidak heran bila masjid ini selalu padat. Masjid nan sederhana itu, kini tampil begitu indah memesona mata. Namun, sejatinya bukan kemegahan dan keindahan yang terpancar dari masjid ini. Hanya keimanan dan ketakwaanlah yang mendasarinya.

Berikutnya, terdapat satu ruang persegi 4 untuk shalat dan sebuah serambi. Ruangan bertiang pohon kurma dan beratap pelepah daun kurma bercampur tanah liat. Di tengah terdapat ruang terbuka yang disebut sahn. Di tempat itu terdapat sumur untuk mengambil air wudhu. Dan yang layak dicatat adalah bahwa masjid ini pernah mengalami peralihan arah kiblat dari Baitul Maqdis kemudian diputar balik menghadap Baitullah di Makkah.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah pertama yang membangun 4 menara masjid Quba setinggi 47 meter. Rekonstruksi berikutnya terjadi pada masa Sultan al-Asyraf Saif al-Din Qait-Bey dari Dinasti Mamluk dengan melengkapinya sebuah mimbar baru dari pualam. Di kemudian hari mimbar itu dijuluki Mimbar Masjid Raya. Raja Fahd bin Abdul Aziz pada tahun 1986 kembali merenovasi dan memperluas bangunan dengan tetap mempertahankan arsitektur tradisionalnya. Proyek ini menelan biaya SR 90 juta atau sekitar Rp90 miliar.

Struktur Masjid Quba

Struktur Masjid Quba mengalami pembangunan terbesar dalam sejarahnya, dengan luas area mencapai 50.000 meter persegi. Kapasitas meningkat hingga mampu menampung 66 ribu jemaah.

Dikutip dari Saudi Gazette, renovasi terakhir Masjid Quba memperluas ruang salat menjadi 5.035 meter persegi dan keseluruhan masjid beserta fasilitasnya menjadi 13.500 meter persegi dari semula hanya 1.600 meter persegi. Ruang salat utama ini mampu menampung hingga 20 ribu jemaah.

Masyarakat Madinah akan dengan nyaman melakukan salat di masjid Quba selama haji dan Idulfitri, ketika biasanya terjadi peningkatan jumlah jemaah yang berkunjung ke kota tersebut.

Masjid ini memiliki 54 kubah kecil, lima kubah berukuran sedang, dan satu kubah besar tepat di atas area mihrab. Bangunan masjid memiliki empat menara, masing-masing satu di setiap sudut. Awalnya hanya ada satu menara, renovasi terakhir menambahkan tiga menara lainnya. Dasarnya persegi, memiliki poros segi delapan dan berbentuk lingkaran di puncaknya.

Halamannya dibuat dari marmer putih dan hitam yang dihiasi ornamen berwarna merah. Sebagiannya ditutupi payung pada siang hari untuk melindungi jamaah dan pengunjung dari panas dan terik.

Elemen bangunan baru ini mencakup karya dari arsitek Mesir Abdel Wahed el-Wakil, arsitek Pakistan Hassan Khan Sayyid, dan arsitek tensil dari Stuttgart, Mahmoud Bodo Rasch.

Masjid ini memiliki dua area salat utama, satu di selatan dan satu lagi di utara yang dihubungkan oleh dua barisan tiang beratap di sisi timur dan barat mengelilingi ruang tengah, yang ditutup dengan kain. Ruang salat di bagian selatan dihiasi enam kubah yang lebih besar di atasnya, ruang salat di bagian utara dihiasi 32 kubah yang lebih kecil, dan barisan tiang di atasnya dilengkapi dengan kubah yang lebih kecil.

Saat ini Masjid Quba memiliki 7 pintu masuk utama dan 12 pintu masuk tambahan di Masjid Quba, fasilitas toilet sebanyak 64 unit untuk pria dan 32 toilet untuk wanita.

Astra Website Security