Multazam adalah salah satu tempat yang mulia dan mustajab di Masjidil Haram. Lokasi ini sering menjadi tempat favorit bagi jemaah haji dan umrah untuk berdoa setelah selesai melakukan thawaf. Multazam merupakan bagian dinding Kakbah yang berada di antara Hajar Aswad dan pintu Kakbah, dengan jarak sekitar 2 meter.
Menurut buku “Tapak Sejarah Seputar Makkah dan Madinah” karya H. Muslim Nasution, nama Multazam bermakna “tempat memeluk,” yang berasal dari kata ‘iltazama fulanan,’ yang berarti “memeluk di fulan.” Makna ini diambil dari kisah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang pernah memeluk Kakbah di tempat tersebut. Berdasarkan riwayat, Rasulullah pernah meletakkan dada, pipi, dan kedua telapak tangannya di dinding Kakbah atau Multazam, bersama para sahabatnya.
Inilah yang menjadikan Multazam sebagai salah satu tempat berdoa yang makbul, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Nabi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
الْمُلْتَرَمُ مَوْضِعٌ يُسْتَجَابُ فِيْهِ الدُّعَاءُ مَا دَعَا اللَّهَفِيْهِ عَبْدٌ إِلا اسْتَجَابَهُ
Artinya: “Multazam adalah tempat dikabulkannya doa. Apa yang diminta seseorang kepada Allah, niscaya Allah akan mengabulkannya.”
Baca Juga
Tata Cara Berdoa di Multazam
Lalu bagi jamaah yang sudah mengetahui lokasi Multazam dan memungkinkan untuk berdoa di situ, maka tata caranya adalah mengikuti petunjuk sebagaimana berikut:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى بْنُ الصَّبَّاحِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: طُفْتُ مَعَ عَبْدِ اللَّهِ فَلَمَّا جِئْنَا دُبُرَ الْكَعْبَةِ قُلْتُ: أَلَا تَتَعَوَّذُ؟ قَالَ: نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ النَّارِ، ثُمَّ مَضَى حَتَّى اسْتَلَمَ الْحَجَرَ وَأَقَامَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْبَابِ، فَوَضَعَ صَدْرَهُ وَوَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ وَكَفَّيْهِ هَكَذَا وَبَسَطَهُمَا بَسْطًا، ثُمَّ قَالَ: هَكَذَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْعَلُهُ
Artinya: Musaddad telah bercerita kepadaku, Isa bin Yunus bercerita kepadaku, Mutsanna bin Sabbah bercerita kepadaku, dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, ia berkata: Aku sedang bertawaf bersama Abdullah (Abdullah bin Umar). Ketika kami berada di belakang Baitullah, aku bertanya: tidakkah kamu memohon perlindungan?! Abdullah bin Umar menjawab: Kami berlindung kepada Allah dari panasnya siksaan api neraka. Setelah selesai, Abdullah mengusap Hajar Aswad dan berdiri di antara rukun (Hajar Aswad) dan pintu Ka’bah, lalu merapatkan dada, muka, kedua siku, dan kedua telapak tangannya, kemudian Abdullah bin Umar berkata: seperti inilah aku melihat Rasulullah melakukannya, (Sunan Abu Daud dalam bab Multazam, juz 2/181)
Hadits di atas diriwayatkan dari Amr bin Syuaib dari ayahnya yang menyaksikan Umar bin Abdullah melakukan tata cara saat berdoa di depan Multazam. Redaksi matan sedikit berbeda namun maknanya saling melengkapi.
Beberapa poin dari maknahadis di atas bila diurutkan adalah:
- Tawaf diselesaikan terlebih dahulu
- Shalat sunnah setelah tawaf dilakukan di belakang Ka’bah (maqam Ibrahim)
- Berdoa agar dilindungi dari siksa neraka
- Mengusap rukun (Hajar Aswad)
- Berdiri di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah
- Merapatkan dada, kedua telapak tangan, bagian dari wajah seperti pipi di Multazam.
Dengan menempelkan tubuh di Multazam, maka seorang hamba berkesempatan untuk taqarrub atau menampakkan rasa cintanya kepada Baitullah dan Sang Pemilik Baitullah.
Selain itu, dengan menempelkan tubuh di Multazam, seorang hamba juga akan mendapat keberkahan sebab bersinggungan dengan Kabah serta berharap api neraka akan melindungi setiap anggota tubuhnya yang pernah bersentuhan dengan batu Kakbah atau hajar aswad.
Sunnah untuk menempelkan tubuh di Multazam juga membuat seorang hamba dapat memohon ampunan dan ketenangan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seolah-olah, seseorang yang berdoa di tempat ini seperti para pendosa yang bergantung pada baju seseorang yang ternodai hak-haknya.
Artinya, ketika berdoa di tempat ini seseorang akan merasa tidak memiliki tempat lain untuk kembali kecuali hanya kepada Allah dan tidak ada tempat lain untuk memohon pertolongan selain dengan kemurahan dari Allah.
Maka dari itu, seorang ulama Hasan Bashri, jika melihat Multazam dirinya lantas menempelkan tubuhnya dan berpesan kepada orang-orang yang menyertainya, “Kalian biarkan aku sehingga aku mengakui dosa-dosaku di hadapan Allah”.
Bacaan Doa di Multazam
Adapun doa yang dibaca ketika berada di Multazam menurut Imam Nawawi dalam kitab Adzkar 1/195 adalah:
اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَكَ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَكَ أَحْمَدُكَ بِجَمِيْعِ مَحَامِدِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَم أَعْلَمْ وَعَلَى جَمِيْعَ نِعَمِكَ مَا عَلِمْتُ مِنْهَا وَمَا لَمْ أَعْلَمْ وَعَلَى كُلِّ حَالٍ اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ اللهم أَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَأَعِذْنِيْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَقَنِّعْنِيْ بِمَا رَزَقْتَنِيْ وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ اللهم اجْعَلْنِيْ مِنْ أَكْرَمِ وَفْدِكَ عَلَيْكَ وَأَلْزِمْنِيْ سَبِيْلَ اْلإِسْتِقَامَةِ حَتَّى أَلْقَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Allâhumma lakal hamdu hamdan yuwâfî ni‘amaka wa yukâfi‘u mazîdaka. Ahmaduka bi jamî’i mahâmidika mâ ‘alimtu minhâ wa mâ lam a‘lam wa alâ jamî’i ni‘amika, mâ ‘alimtu minhâ wa mâ lam a’lam wa alâ kulli hâl. Allâhumma shalli ala Muhammadin wa ala âli Muhammadin. Allâhumma a‘idznâ minasy syaithânir rajîm wa a‘idzni min kulli sû` wa qanni‘ni bi mâ razaqtanî wa bârik lî fîhi. Allâhummaj ‘alnî min akrami wafdika ‘alaika wa alzimnî sabîlal istiqâmati hattâ alqâka yâ Rabbal âlamîn.
Artinya: Ya Allah, bagi-Mu pujian, (dengan) pujian yang meliputi seluruh anugerah-MU. Aku bersyukur pada-Mu atas segala macam pemberian-Mu, baik yang kuketahui ataupun yang tidak kuketahui, dan atas segala nikmat-Mu, baik yang kuketahui ataupun yang tidak kuketahui, dan atas segalanya. Ya Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah, lindungi aku dari setan yang terkutuk, lindungi pula aku dari segala kejelekan, cukupi aku dengan segala yang Engkau berikan kepadaku, dan berkahi aku dalam rezeki tersebut. Ya Allah, jadikan aku sebagai tebusan yang terbaik terhadap-Mu, dan tetapkan aku pada jalan yang istiqamah hingga aku kelak bertemu dengan-Mu, wahai Tuhan semesta alam.