Ibadah yang dikerjakan dengan dasar riya dapat menjadi sia-sia. Bahkan, sedikit niat untuk riya pun sudah termasuk dalam tingkatan riya terendah dalam Islam.
Imam Nawawi dalam Riyadhush Shalihin mengatakan, orang yang berbuat riya artinya tidak ikhlas melakukan ibadah. Padahal penegasan Allah Subhanahu wa Ta’ala pernah menegaskan larangan riya ini dalam Surah Al Baqarah ayat 264
… يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir …”
Ayat lain dalam surah An Nisa ayat 142 menyatakan hal serupa tentang larangan riya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا
Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.
Menurut Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin ada empat tingkatan riya bila dikelompokkan berdasarkan jenis motif dari riya tersebut. Apa saja?
4 Tingkatan Riya Menurut Imam Ghazali
1. Tingkat Riya Pertama
Imam Ghazali mengatakan, tingkatan riya yang pertama ini adalah tingkatan riya yang tertinggi dan terburuk. Sebab, motif orang untuk melakukan riya semata hanya untuk berbuat maksiat, dosa, dan durhaka tanpa adanya motif untuk mendapatkan nilai ibadah sama sekali.
Contoh dari riya tingkatan pertama ini adalah seorang muslim mau membayar zakat karena dorongan dari rasa takutnya dicemooh oleh orang banyak namun ia juga tidak mengharapkan pahala saat membayar zakat tersebut. Sebaliknya, ia memilih tidak membayar zakat bila sendirian.
2. Tingkat Riya Kedua
Tingkatan riya kedua ini disebut sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tingkat yang pertama. Tingkatan yang kedua merujuk pada niat seseorang untuk mencari keuntungan dari selain Allah Subhanahu wa Ta’ala baik dalam hal materi maupun nonmateri.
Namun, niat pada tingkatan riya yang kedua ini lemah. Sebab, saat sendirian, seorang muslim tidak melakukan ibadah tersebut.
3. Tingkat Riya Ketiga
Untuk tingkatan riya yang ketiga ini, Imam Ghazali menyebut, niat untuk mendapatkan pahala dan pamer sama besarnya. Artinya, orang tersebut mau melakukan ibadah jika mendapatkan keuntungan berupa pahala dan pamer di hadapan orang banyak.
Sebaliknya, ibadah tersebut tidak dilakukan bila hanya mendapat salah satu keuntungan saja.
4. Tingkat Riya Keempat
Riya pada tingkatan ini berada pada posisi riya yang paling rendah dibandingkan tingkatan laib. Sebab, pada tingkat ini, niat untuk memperoleh pahala cukup kuat sementara niat untuk riya masih lemah.
“Dengan perkataan lain, ia mendapatkan dorongan cukup kuat dalam melakukan ibadah di hadapan orang banyak, tetapi tidak meninggalkannya saat sendirian,” jelas Imam Ghazali.
Dikutip dari buku Quran Hadits oleh Muhaemin, cara menghindari perbuatan riya dapat dilakukan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atau muraqabah. Sebab, bahwa mendekatkan diri kepada Allah dan mengingat nama-Nya setiap saat akan membersihkan hati dari penyakit hati seperti, riya.
Riya juga dapat dihindari dengan meluruskan niat karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain itu, cara lain untuk menghindari riya dapat dimulai dari tidak membicarakan ibadah atau perbuatan yang telah dilakukan.