Terdapat empat waktu tidur yang dilarang dilakukan oleh muslimin. Bahkan akibatnya berpotensi membuat jatuh miskin. Kapan waktu tidur yang dilarang dalam Islam itu? Berikut ulasannya!
Tidur merupakan kegiatan yang amat manusiawi dan merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup. Tentunya, setiap orang pasti butuh tidur untuk mengistirahatkan tubuh yang seharian sudah digunakan untuk aktivitas.
Namun demikian, dalam Islam tidur tidak bisa dilakukan sembarangan dan ada aturannya tersendiri. Aturan ini meliputi waktu kapan bisa tidur dan kapan dilarang untuk tidur.
- Tidur di Pagi Membuat Jatuh Miskin
Orang yang tidak memanfaatkan waktu paginya dengan bijaksana maka akan kehilangan berkah hari itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Ya Allah, berkahilah bagi umatku pada pagi harinya,” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Alasan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang tidur di pagi hari adalah karena waktu tersebut adalah waktu yang penuh berkah, penuh rezeki, dan ada pahala setara haji dan umrah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang melaksanakan salat Subuh secara berjamaah lalu ia duduk sambal berzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan salat dua rakaat maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umrah.” (HR Tirmidzi)
- Tidur Sebelum Salat Isya Menghalangi Muslim Memperoleh Pahala Besar
Sumber sebelumnya menyebutkan, tidur yang dilakukan sebelum Isya bisa membuat seseorang terhalang mendapatkan pahala yang sangat besar dari salat Isya berjamaah yaitu seperti salah malam setengah malam.
Hal ini sesuai dengan larangan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana ditulis dalam buku Sunan Ibnu Majah Jilid 1 karya Imam Al-Hafizh Abi Abdillah (Imam Ibnu Majah).
Dalam hadits tersebut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَعَبْدُ الْوَهَّابِ قَالُوا: حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ أَبِي الْمِنْهَالِ سَيَّارِ بْن سَلَامَةَ, عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الْأَسْلَمَى قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّ أَنْ يُؤَخِّرَ الْعِشَاءَ وَكَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَهَا وَالْحَدِيثَ بَعْدَهَا. [صحيح: الروض ٩١٥, الثمر المستطاب:ق]
Terjemahan: 701 Dari Muhammad bin Basyar, dari Yahya bin Sa’id, Muhammad bin Ja’far, dan Abdul Wahab, dari Auf dari Abu Minhal Sayyar bin Salamah, dari Abu Barzah al-Aslami, ia berkata, “Rasulullah saw. suka mengakhirkan shalat Isya, dan beliau tidak suka tidur sebelumnya, juga tidak berbicara setelahnya.” (Shahih: ar- Raudhun Nadhiir, No. 915, ats-Tsamarul Mustathab: Muttafaq ‘alaih)
- Tidur Setelah Makan Dapat Mengeraskan Hati
Waktu tidur yang dilarang Islam keempat adalah tidur setelah makan. Ibnu Qayim menasihati agar orang-orang muslim berjalan setelah ia makan dan bukannya malah tidur. Karena sesungguhnya tidur setelah makan bisa mendatangkan penyakit obesitas.
Dikutip dari buku Dahsyatnya 7 Puasa Wajib, Sunnah, & Thibbun Nabawi karya Maryam Kinanthi N, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang umatnya untuk tidur setelah makan karena dapat mengeraskan hati.
Sebaiknya, setelah makan seseorang tersebut melakukan banyak gerakan, berjalan, atau mendirikan salat agar makanan bisa tercerna dengan baik.
- Tidur Sepanjang Hari
Waktu tidur yang dilarang Islam yang terakhir adalah tidur yang amat panjang bahkan sampai seharian penuh. Tentu saja hal ini dilarang karena Islam adalah agama yang menyukai kesibukan dan kebangkitan bagi hamba-Nya karena di dalamnya banyak keberkahan.
Dengan menghabiskan waktu seharian penuh hanya untuk tidur, maka seorang muslim akan kehilangan banyak kegiatan yang mendatangkan pahala, seperti bekerja, belajar, membantu sesama, atau hal lainnya.
Bisa jadi dirinya dicap sebagai pemalas yang bahkan tega meninggalkan salat wajibnya hanya untuk tidur. Maka tentunya hal ini dilarang oleh Islam.