Sistem Pembagian Kloter dan Gelombang Keberangkatan Haji
Sistem kloter dan gelombang dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan layanan ibadah haji. Sejak di Indonesia, jemaah haji sudah terbagi menjadi ratusan kloter yang dibedakan dari asal daerah pemberangkatan. Selain mengandung informasi daerah asal, terdapat sistem penomoran kloter sebagai urutan dalam pemberangkatan dan pemulangan. Setiap kloter diisi oleh 360 hingga 455 jemaah haji serta didampingi 5 petugas yang menemani keberangkatan hingga ke Arab Saudi. Pada musim haji tahun 1438 H lalu, jemaah haji Indonesia telah terbagi menjadi 512 kloter. Karena banyaknya kloter yang diberangkatnya, maka kloter akan dikelompokkan kembali berdasarkan jadwal keberangkatannya.
Sistem gelombang membedakan jadwal keberangkatan dan lokasi pemberangkatan. Terdapat dua gelombang yang digunakan oleh jemaah haji Indonesia regular yaitu gelombang pertama dan kedua. Untuk gelombang pertama, keberangkatan akan mendapatkan jadwal lebih awal mulai dari tiga minggu sebelum puncak haji. Gelombang pertama akan diturunkan melalui Madinah dan akan tinggal di Madinah 7 – 8 hari sebelum akhirnya diberangkatkan ke Makah untuk melakukan thawaf dan sa’i. Selama tinggal di Madinah, jemaah haji gelombang pertama akan melakukan ibadah Arbain terlebih dahulu kemudian berangsur berpindah ke Mekah sesuai urutan kedatangan di Madiah sebelumnya. Ibadah Arbain yang dimaksud adalah ibadah sholat berjamaah di Masjid Nabawi selama 40 waktu berturut – turut. Selanjutnya jemaah haji akan melakukan rangkaian kegiatan haji hingga puncak haji selesai dan akan langsung kembali ke Tanah Air.
Berbeda untuk gelombang kedua, mereka diturunkan melalui Jeddah dan langsung diberangkatkkan ke Mekah. Jangan khawatir bagi jemaah yang diberangkatkan melalui Jeddah karena nanti akan ada pergerakan kembali ke Madinah setelah puncak haji telah selesai. Terdapat kloter akhir haji yang diberangkatkan dari Mekah menuju Madinah. Pasalnya pergerakan gelombang kedua ke Madinah dilakukan secara bertahap mulai dari hari tasyriq ketiga dan setiap kloter memiliki waktu singgah di Madinah selama 7 – 8 hari dan kemudian akan langsung dipulangkan ke Indonesia melalui Madinah.
Baik gelombang pertama ataupun kedua, layanan fasilitas dan kegiatan yang diperoleh sama hanya saja waktu dan lokasinya yang berkebalikan. Bagi gelombang pertama, penurunan jemaah di Madinah dan kembali melalui Jeddah, sehingga masa tinggal di Madinah terletak di awal perjalanan. Berkebalikan dengan gelombang kedua yang diberangkatkan menuju Jeddah dan kembali melalui Madinah sehingga masa tinggal di Madinah terletak di penghujung perjalanan haji. Namun keduanya memiliki proporsi waktu tinggal di Arab Saudi sama yaitu 40 hari. Bagi jemaah yang datang lebih dahulu akan dipulangkan terlebih dahulu pula.
Keuntungan Kloter Akhir Diberangkatkan
Bagi kloter akhir gelombang kedua akan diberangkatkan terakhir ke Madinah sehingga waktu di Mekah pasca haji menjadi lebih lama beberapa hari. Tinggal di Mekah lebih lama dapat digunakan untuk beribadah sebanyak – banyaknya di Masjidil Haram. Bagi seluruh jemaah haji, pastinya akan menggunakan waktu sebaik – baiknya selama berada di Tanah Suci sehingga jika waktu lebih banyak diperoleh di Mekah, gunakan untuk beribadah di Masjidil Haram yang suci. Banyak sekali tempat – tempat di Masjidil Haram yang mustajab untuk berdoa.
Keuntungan lainnya adalah ibadah yang dilakukan lebih khusyu dan tidak terburu – buru. Pasalanya waktu tinggal di Tanah Suci gelombang kedua khususnya kloter akhir akan lebih banyak pada pasca Armina atau saat rangkaian haji berada di penghujung musim. Hal ini menyembabkan rasa lega yang akan dirasakan pada kloter akhir karena rangkaian prosesi ibadah haji telah selesai dilakukan.
Disamping itu keuntungan lainnya adalah suasana di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang relatif lebih sepi dibandingkan saat pra atau puncak haji. Sebagian jemaah haji dari berbagai negara telah dipulangkan secara berangsur setelah pucak haji selesai. Hal ini tentunya menguntungkan bagi jemaah kloter akhir untuk melakukan ibadah baik di Masjidil Haram ataupun di Masjid Nabawi. Walapun tidak menutup kemungkinan pengunjung di kedua masjid tersebut benar-benar lenggang, namun keramaian jemaah di keduanya tidak seramai saat puncak haji lalu.
Lepas dari semua keutungan bagi gelombang kedua akhir yang menunaikan ibadah haji, adapaun beberapa kondisi dimana jemaah harus lebih mempersiapkan diri. Fasilitas yang diberikan panitia ibadah haji Indonesia telah menarik beberapa layanan beberapa minggu pasca puncak haji selesai. Seperti layanan bus shalawat yang diberikan untuk memfasilitasi jemaah dari pemondokan hingga Masjidil Haram telah dihentikan mengingat jemaah haji yang masih tinggal di Mekah sudah jauh berkurang. Oleh karenanya bagi jemaah haji yang tinggal di Mekah lebih lama dan layanan bus sudah dihentikan, baiknya membiasakan diri untuk berjalan kaki.
Semoga ulasan diatas memberikan gambaran bagi calon jemaah haji untuk mempersiapkan diri dalam melakukan perjalanan haji nantinya. Persiapan juga dapat dilakukan dengan melakukan konsultasi kepada pihak travel haji ataupun travel umroh yang bertanggungjawab atas keberangkatan calon jemaah haji. Jangan sungkan untuk menanyakan hal semendetail mungkin untuk menjamin kelancaran ibadah kita. Semoga artikel ini memberikan manfaat bagi kita semua.